JellyPages.com
Silahkan membaca, silahkan menilai. Enjoy it !

Kamis, 29 November 2012

Happy Birthday My Sister

Hari ini, 29 November 2012 adik saya tepat berulang tahun yang ke 18. Dari beberapa hari yang lalu saya sudah menyiapkan sesuatu untuk adik saya. Bukan kado tapi lebih ke sebuah momen kebersamaan. Karena saya dan adik saya sama- sama suka roti bakar, maka saya berencana mengajak adik saya membuat roti bakar bersama.
Sekarang saya ingin menceritakan bagaimana pengalaman saya membuat roti bakar bersama adik saya untuk merayakan ulang tahun adik saya.
Pertama tentunya saya menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu :
1.       Roti tawar
2.       Mentega
3.       Meises
Setelah bahan-bahannya siap, kita dapat mulai membuat roti bakarnya.

Langkah pertama membuat roti bakar ini sama dengan membuat roti tawar dengan meises pada umumnya, yaitu mengoles roti dengan mentega di salah satu sisinya lalu  taburkan meises sesuai selera. Setelah meises rata, kita tutup dengan satu roti yang sudah dioles juga dengan mentega. Setelah itu kita oles dengan mentega sisi yang lainnya, sehingga sisi luar dari roti juga diolesi mentega. Ini fungsinya untuk pengganti minyak saat membakar. 



Setelah semua roti dioles, kita dapat mulai membakar. Caranya panaskan sedikit mentega di penggorengan. Lalu kita masukan roti ke penggorengan, tunggu beberapa saat sambil ditekan tekan agar meises meleleh.

Jangan terlalu lama membakarnya agar tidak gosong. jika warna sudah mulai kecoklatan, kita dapat membaliknya. Kita tunggu beberapa saat hingga sisi yang lain juga berwarna kecoklatan.  Setelah satu roti selesai kita ulangi langkah ini untuk roti lainnya sampai roti habis.

Berikut adalah hasilnya

Tidak lengkap jika makanan tanpa minuman. Jadi selain membuat roti bakar saya juga membuat es blender sebagai minumannya. 


Hehehe..... selesai deh perayaan ulang tahunnya. Biasa sih makanannya tapi maknanya itu yang paling penting. Hahahaha...... =D
 adik saya dan kado dari saya

 

Kamis, 22 November 2012

Mengharapkanmu

Ku berjalan tanpa hentakan kaki, 
ku menangis tanpa rasa perih di hati, 
dan ku bicara tanpa suara mengiringi.

Aku tak lagi mengenal diriku,
Aku tak lagi tersenyum untuk sebuah alasan,
bahkan aku hanya terdiam termenung.

Berapa lama lagi hati ini harus bersandiwara,
seberapa kuat jiwa ini bertahan,
dan seberapa kuat aku menahan perihnya hati yang terkoyak.

Takkan henti ku mengharapkanmu,
walau hanya sebuah cahaya lilin menerangi,
hatiku selalu bertahan dalam harapan,
berharap suatu saat kau mengerti,
perihnya hati yang telah kau lukai.





Untuk seorang teman yang selalu
berharap dirinya kembali.

Rabu, 21 November 2012

Pinny

       Selasa kemarin ketika kuliah di kemang, ketika ingin menemani temanku membeli air mineral, aku menemukan kucing kecil di area parkir kampusku. Melihat kucing kecil ini mengingatkanku pada seekor kucing yang pernah ku pelihara. Pinny namanya, ia adalah seekor kucing betina yang cantik.  Jujur aku bukanlah tipe oang yang senang memelihara binatang. Namun entah mengapa sejak pertama kali melihat pinny, aku sudah jatuh cinta dengan kucing kecil ini. Pinny adalah anak kucing yang ditemukan adikku di dalam kardus di pinggir jalan. Sepertinya ia sengaja dibuang pemiliknya. Waktu SD adikku memang sangat senang dengan kucing. Sebelum Pinny sudah ada dua ekor anak kucing yang dipelihara adikku. Pinny sangat pintar, setiap malam ia memanjat ventilasi jendela untuk masuk ke dalam rumah dan paginya ketika aku bangun tidur, dia sudah ada di depan pintu kamarku. dan ketika aku membuka pintu kamarku dia akan mengeong dan mengelus eluskan badannya ke kakiku. Walaupun setiap ia mengelus eluskan badannya ke kakiku selalu kudorong hingga ia terjatuh, tetap saja setiap pagi ia melakukan hal yang sama, sepertinya ia ingin menyambutku di pagi hari. Mungkin jika pinny bisa bahasa manusia, dia akan berkata "Selamat pagi kakak". Hehehe... Setiap siang ketika pulang sekolah, Pinny akan menyambutku di depan pagar dan mengikutiku hingga ke dalam rumah, dan setiap kali aku duduk di teras, Pinny akan duduk di sampingku. Seperti ingin menemaniku.  
         Pinny adalah kucing kecil yang sangat berani, tidak seperti badannya yang masih kecil, keberaniannya jauh lebih besar dari kucing-kucing dewasa lain di sekitar rumahku. Ia sering sekali bertengkar dengan kucing dewasa, tentu saja ia yang kalah tetapi ia tidak pernah takut melawan kucing-kucing dewasa itu bahkan jika ada kucing lain yang sedang bertengkar, Pinny akan langsung ikut bertengkar. Kalau manusia, sepertinya dia adalah tipe manusia yang suka ikut campur urusan orang lain. Hahaha.... Karena sifatnya yang berani dan suka ikut campur inilah yang menyebabkan aku harus kehilangan dia. 
       Minggu sore sebelum pergi ke gereja, aku melihat Pinny bertengkar dengan beberapa ekor kucing dewasa. Aku menghampirinya dan mengusir kucing-kucing dewasa itu lalu menggiring Pinny untuk kembali ke rumah setelah itu aku pergi ke gereja. Ketika kembali dari gereja, sewaktu membuka pagar aku mendengar Pinny mengeong, suaranya sangat lemah. Aku mencari dimana Pinny, dan aku menemukannya di sudut teras rumahku. Aku menghampirinya dan ia beberapa kali mengeong. Aku mengelus kepalanya dan ia terus menatapku dan mengeong, dari mata dan suaranya aku tahu ia sedang kesakitan. Kataku dalam hati "Pasti Pinny bertengkar lagi". Rasanya saat itu aku ingin mencari kucing-kucing yang tadi sore bertengkar dengan Pinny. Tiba-tiba mama ku memanggilku ke dalam untuk makan malam. Sewaktu makan malam, aku mendengar suara pagar, biasanya suara pagar itu karena ada kucing yang lewat. Aku takut Pinny keluar tapi karena tadi aku lihat ia sangat lemah jadi aku rasa itu bukan Pinny.  Setelah selesai makan, aku segera keluar untuk memastikan bahwa Pinny masih ada di ujung teras rumahku. ternyata aku salah, Pinny tidak ada. Aku berpikir positive, mungkin Pinny sudah baikan dan hanya ingin keluar sebentar. Namun beberapa kali aku bolak balik ke teras rumahku, Pinny belum juga kembali. Besok paginya Pinny juga tidak muncul di depan pintu kamarku seperti biasanya. Siang hari pulang sekolah, Pinny juga tidak menyambutku di depan pagar. Keesokan paginya pun tetap sama, Pinny tetap tidak muncul. Keesokan paginya lagi, lagi, dan lagi masih tetap sama, Pinny tetap tidak muncul. Suatu hari, ketika sedang memikirkan Pinny tiba-tiba aku teringat akan kata-kata yang pernah kuucapkan pada adikku dulu. Menurutku kucing itu tahu kapan mereka akan mati dan jika mereka merasa dirinya akan mati, mereka akan segera pergi meninggalkan tuannya. Mungkin kucing-kucing tidak ingin tuannya bersedih. Aku bisa berpikir begini karena dua kucing adikkku yang lain juga hilang begitu saja ketika mereka sakit. Teman ku juga pernah bercerita kalau kucingnya menghilang dan beberapa hari kemudian teangganya memberi kabar bahwa kucing temanku itu ditemukan mati. Pinny, apa dia juga pergi karena dia akan mati waktu itu. Sungguh sedih rasanya saat itu. Setiap hari dalam perjalanan pulang sekolah aku selalu memperhatikan jalan, berharap dapat menemukan Pinny. Tetapi Pinny memang tak pernah ku temukan dan akhirnya aku sadar bahwa Pinny memang sudah tidak akan kembali lagi. Tapi setidaknya, aku masih dapat melihat Pinny untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi. Aku berpikir mungkin malam itu Pinny menunggu ku pulang dari gereja untuk mengucapkan salam terakhirnya sebelum ia pergi. Selamat jalan Pinny ku....





untuk kucing kecil kesayanganku, Pinny...