JellyPages.com
Silahkan membaca, silahkan menilai. Enjoy it !

Kamis, 23 Juni 2011

NUSA TENGGARA TIMUR

1.ASAL USUL
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya di Kupang Timor Barat.
Provinsi ini terdiri fari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di nusa Tenggara Timur adalah Flores, sumba, dan Timor Barat.
Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia ke-27, yaitu Timor-timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

Arti Lambang Kabupaten Nusa TenggaraTimur adalah sebagai berikut:
 Berbentuk perisai dengan sudut lima, maksudnya selain melambangkan perdamaian juga melambangkan Pancasila.
 Dalam perisai terberkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon beringin.
 Bintang melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
 Komodo satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih lestari.
 Padi dan kapas melambangkan kemakmuran.
 Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
 Pohon Beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
 Hari terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui jumlah padi(14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah lambang.

2.KOMPONEN BUDAYA
2.1 Bahasa-bahasa yang ada di Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur memiliki cukup banyak bahasa yang tersebar pada pulau-pulau, yaitu antara lain:
1.Timor, Rote, sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Bahasanya menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong rote, Sabu, Tetun, Bural.
2.Alor dan pulau-pulau sekitarnya.
Bahasanya menggunakan Tewo Kedebang, Blagar, Lamuan abui, Adeng,Katola,Taangla, Puji, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso.
3.Flores dan pulau-pulau sekitarnya.
Bahasanya menggunakan Melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, Lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, Bajo, Komodo.
4.Sumba dan pulau-pulau sekitarnya
bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mambro, Wanokaka, Loli, Kodi.

2.2 SENI NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur kaya akan seni budaya yang beraneka ragam, hal ini dilatarbelakangi dari kebiasan masyarakat yang gemar menari dan sering diadakannya upacara adat.

I.Lagu Daerah
Lagu Daerah yang berasal dari Nusa Tenggara Timur diantaranya:
 Anak Kambing Saya
 Oras Loro Malirin
 Sonbilo
 Tebe Onana
 Ofalangga
 Do Hawu
 Bolelebo
 Lewo Ro Piring Sina
 Bengu Re Le Kaju
 Aku Retang
 Gaila Ruma Radha
 Desaku
 Flobamora
 Potong Bebek Angsa

II.Alat Musik Tradisional dan Tari Tradisional Nusa Tenggara Timur
Alat Musik Tiup
FOY DOA Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa.
Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.
Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran.
Sistem penalaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa.
Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan.
Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.

________________________________________

FOY PAY Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.
Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol.

________________________________________

KNOBE KHABETAS Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana).

________________________________________

KNOBE OH Nama alat musik yang terbuat dari kilit bambu dengan ukuran panjang lebih kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga dapat berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait erat pada pangkalujung terseut maka timbul bunyi melalui proses rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.

________________________________________
NUREN Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur menyebut alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis menjadi Sason Nuren. Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren berarti perempuan. Sason Nuren merupakan dua buha suling yang dimainkan oleh seorang sendirian, merupakan sebutan keramat, sakral, kesayangan, alat hiburan. Menurut cerita tua, seorang tokoh legendaris Solor Barat konon berkepala dua sekaligus memiliki rmulut dua. Orang Solor Barat menyebutnya dengan nama Edoreo sedangkan di bagian tengah Solor Barat menyebutnya dengan nama Labaama Kaha. Konon menurut erita ia pernah hidup 3-4 abad yang lalu. Konon menurut erita pula ia mampu meminkan Sason Nuren sekaligus, sehingga apabila sedang maminkan lat musik ini orang mengira ada dua pribadi yang sedang memainkan Sason Nuren. Menurut keperayaan penduduk setempat Sason Nuren merupakan suara para peri (nitun).

________________________________________
SUNDING
TONGKENG Nama alat musik tiup ini berhubungan dengan bentuk serta ara memainkannya, yaitu seruas bambu atau buluh yang panjangnya kira-kira 30 cm. Buku salah satu ujung jari dari ruas bambu dibiarkan. Lubang suara berjumlah 6 buah dan bmbu berbuku. Sebagian lubang peniutp dililitkan searik daun tala. Cara memainkan alat musik ini seperti memainkan flute. Karena posisi meniup yang tegak itu orang Manggarai menyebutnya Tongkeng, sedangkan sunding adalah suling., sehingga alat musik ini disebut dengan nama Sunding Tongkeng. Alat musik ini bisanya digunakan pada waktu malam hari sewaktu menjaga babi hutan di kebun. Memainkan alat musik ini tidak ada pantsngan, keuali lagu memanggil roh halus yaitu Ratu Dita

________________________________________

PRERE Alat bunyi-bunyian dari Manggarai ini terbuat dari seruas bambu keil sekeil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Alat musik ini selain digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.

________________________________________

SULING Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian karena suling ini ditiup dari hidung. Kalau di Kabupaten Belu terdapat orkes suling dengan jumlah pemain ( 40 orang. Orkes suling ini terdiri dari suling pembawa melodi (suling keil), dan suling pengiring yang berbentuk silinder yaitu, suling alto, tenor, dan bass. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk besar.
Suling melodi bernada 1 oktaf lebih, suling pengiring bernada 2 oktaf. Dengan demikian untuk meniptakan harmoni atau akord, maka suling alto bernada mi, tenor bernada sol, dan bass bernada do, atau suling alto bernada sol, tenor mi,dan dan bass bernada do.
Cara memainkan : suling sopran atau pembawa melodi seperti memainkan suling pada umumnya, dan suling pengiring sementar bambu peniup dibunyikan, maka bambu pengatur nada digerakkan turun dan naik, yaitu sesuai dengan nada yang dipilih. Keualui pada sulign bass, bambu peniup yang digerakkan turun dan naik.
Fungsi alat musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan hari-hari nasional.

________________________________________
Alat Musik Petik


GAMBUS Alat musik diperkirakan masuk ke Flores Timur sejak masuknya agama Islam sekitar abad 15. Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit hewan, senar, dan paku halus. Alat musik petik ini merupakan instrumen berdawai ganda yaitu, setiap nada berdawai dua/double snar. Dawai pertama bernada do, dawai kedua bernada sol. Dan dawai ketiga bernada re, atau dawai pertama bernada sol, dawai kedua bernada re, dan dawai ketiga bernada la. Fungsi alat musik ini untuk mengiringi lagu-lagu padang pasir.

________________________________________

HEO Alat gesek (heo) terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing bernama :
- dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki
- dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana
- dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan
- dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk
Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.

________________________________________

LEKO BOKO/ BIJOL Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada msyarkat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadi an tang telah terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semaam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.

________________________________________

SOWITO Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada. Seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.

________________________________________
REBA Alat musik ini berdawai tunggal ini, terbuat dari tempurung kelapa/labu hutan sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang ditengahnya telah dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan lilin lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang juga telah digosok dengan lilin lebah.
Dalam pengembangannya alat ini dari jenis gesek menjadi alat musik petik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan menjadi 12 dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Reba tiruan ini berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu daerah populer.

________________________________________

MENDUT Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.
Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengn batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai.
Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

________________________________________

KETADU MARA Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.

________________________________________

SASANDO
Sasando Listrik Fungsi musik sasando gong dalam masyarakat pemiliknya sebagi alat musik pengiring tari, menghibur keluarga yang sedang berduka, menghibur keluarga yang sedang mengadakan pesta, dan sebagai hiburan pribadi. Sasando gong yang pentatonis ini mempunyai banyak ragam cara memainkannya, antara lain : Teo renda, Ofalangga, Feto boi, Batu matia, Basili, Lendo Ndao, Hela, Kaka musu, Tai Benu, Ronggeng, Dae muris, Te'o tonak.
Ragam-ragam tersebut sudah merupakan ragam yang baku, namun dengan sedikit perbedaan ini dikarenakan :
(a). Rote terdiri dalam 18 Nusak adat dan terbagi dalam 6 keamatan. Dengan sendirinya setiap nusak mempunyai gaya permainan yang berbeda-beda. (b). Perbedaan-perbendaan ini dipengaruhi oleh kemampuan musikalis dari masing-masing pemain sasando gong. (c). Belum adanya sistem notasi musik sasando gong yang baku.

Perkembangan Sansando
Sasando pada mulanya menggunakan tangga nada pentatonis. Diperkirakan akhir abad ke-18 sansando mengalami perkembangan sesuai tuntutn zaman, yaitu menggunakan tangga nada diatonis. Sasando diatonis khusunya berkembang di Kabupaten Kupang.
Jumlah dawai yang digunakan oleh sasando diatonis bervariasi yaitu, 24 dawai, 28 dawai, 30 dawai, 32 dawai, dan 34 dawai. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya yaitu kira-kira 1960 untuk pertam kalinya sasando menggunakan listrik. Ide ini datang dari seorang yang bernama Bapak edu Pah, yaitu salah seorang pakar pemain sasando di Nusa Tenggara Timur.


________________________________________
Alat Musik Bunyi-bunyian


KERONTANG Pada jaman lampau wilayah pulau komodo masih berhutan, karena itu masih banyak binatang buas perusak tanaman seperti Kera. Untuk mengusir binatang pengganggu tanaman, terciptalah alat musik ini. Alat musik bunyi-bunyian ini terbuat dari tiga belahan kayu bulat kering yang panjangnya 30 cm. Ketiga belahan kayu ini diletakkan di atas kaki pemain yang sedang duduk dan kemudian dipikul dengan batangan kayu sebesar jari tengah.

________________________________________
TATABUANG Di Tanalein alat musik ini disebut Leto, di Desa Lamanole Flores Timur disebut Tatabuang. Rupanya mirip dengan nama Totobuang alat musik dari Maluku. Kemungkinan besar alat musik ini dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Maluku. Sebutan Tatabuang hanya terdapat di Lemonale, dan di desa ini banyak terdapat orang suku Kera yang menyebut dalam sejarah pelayaran menggunakan perahu kora-kora. Terdapat sebuah erita bahwa asal muasal alat musik ini dari seorang anak yang selalu mau mengikuti orang tuanya ke kebun. Setiap hari sang anak selalu menangis, dan ini sangat mengganggu kepergian mereka kek kebun. Untuk mengatasinya sang ayah membuat alat musik ini untuk sang anak.
Di Lemonale permainan Tatabuang melalui dua cara, yaitu digantung seperti Leto dan yang lain diletakkan di atas pangkuan.
Tatabuang dibuat dari batangan kayu Sukun yang digantung berbentuk bulat dan hati dari kayu tersebut dikeluarkan. Tatabuang yang digantung bernama Letor di Sikka dan yang dipangku bernama Preson di Wulanggintang.


________________________________________

THOBO Alat musik tumbuk dari bambu ini berasal Kabupaten Ngada. Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa.


________________________________________
________________________________________
GONG
Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam menyambut tamu dan sebagainya.
Perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada laras pelog dan slendro.

Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama, untuk jelas lihat ontoh berikut :

a.Gong Sumba Barat
Kelompok pertama yang terdiri dari 4 buah gong kecil (katala meduk) dengan urutan pemukulan sebagai berikut :
Mamaalu/gong pertama yaitu gong yang ditabuh/dibunyikan paling pertama, Pahimangu/gong kedua yaitu gong yang dibunyikan setelah mamaulu berbunyi, Pahelungu/gong ketiga yaitu gong yang dibunyikan dengan kecepatan dua kali lebih epat dari gong yang terdahulu, Kabokang/gong keempat yaitu gong yang dibunyikn sama epatnya dengan gong ketiga dan saling mengisi sehingga terdengar bunyi yang harmonis.

Kelompok kedua yang terdiri dari dua gong besar, yang dalam bahasa Anakalang disebut Katalla bakul, namun ada juga menyebut dengan nama Gasa. Katalla Bakul atau Gasa dibunyikan seara berganti-ganti untuk mengimbangi keempat gong di atas (kelompok pertama).

b.Gong Sabu

Nama-nama gong sesuai dengan cara menabuhnya, ontoh gong pengiring tari Ledo Hawu :
Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.


c.Gong Alor

Nama-nama gong :
- Kingkang yaitu dua buah gong kecil.
- Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang.
- Posa yaitu tiga buah gong besar.

d.Gong Ngada

Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumnya berukuran kecil. Nama-nama gong :
- Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti.
- Dhere yaitu terdiri dari satu gong
- Uto-uto yang juga hanya satu gong
- Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.


e.Gong Dawan

Gong Dawan yang dimaksudkan di sini adalah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 6 buah. Nama-nama gong :
Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat. Selain alat musik, NTT juga memiliki beragam jenis tarian. Hal ini disebabkan karena jumlah suku yang mendiami wilayah ini sangat beragam serta terdiri dari banyak kepulauan. Macam-macam tarian itu antara lain:


TARI HOPONG Asal tarian : Helong

Hopong adalah sebuah upacara tradisional masyarakat Helong yang mengijinkan para petani untuk menuai atau panen di ladang pertanian. Upacara Hopong adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para petani dalam bentuk doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan dan nenek moyang.
Upacara Hopong dilakukan pada masa panen disuatu rumah yang ditentukan bersama dan dihadiri oleh tua-tua adat serta lapisan masyarakat. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan bersama nilai religius, gotong royong.
Musik pengiring gendang, tambur, gong


TARI MANEKAT (TEMPAT SIRI) Asal tarian : Kabupaten TTS

Menurut masyarakat Dawan dalam kehidupan adat istiadatnya sapaan selalu ditandai dengan siri pinang. Siri pinang merupakan lambang penghormatan untuk memberikan harkat dan martabat seseorang.


TARI PEMINANGAN Asal tarian : Kabupaten TTU

Tarian ini menggambarkan bentuk peminangan ala orang dawan di Kabupaten Timor Tengah Utara. Peminangan dapat juga diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan cinta yang tulus.ungkapan kepolosan hati antara sepasang kekasih yang hendak mengikat kasih.Suatu ungkapan bahwa kehadiran dari seseorang diterima dengan sepenuh hati, dengan tangan terbuka.
Tarian ini juga melambangkan penyambutan, penghormatan atas kehadiran seorang tamu istimewa yang mendatangi tempat mereka.


TARI LIKURAI Asal tarian : Kabupaten Belu

Dalam masyarakat Belu tari Likurai merupakan tari yang dibawakan oleh gadis-gadis / ibu-ibu untuk menyambut tamu-tamu terhormat atau pahlawan yang pulang dari medan perang.


TARI DODAKADO Asal tarian : Kabupaten Alor

Tarian yang berasal dari permainan rakyat ini Alor ini menggambarkan keceriaan muda-mudi pada saat acara-acara pesta adat. Yang menarik dari tarian ini adalah ketangkasan muda-mudi dalam berlompat-lompat diatas permainan bambu.


TARI TEOTONA Asal tarian : Kabupaten Rote Ndao

Tarian ini berasal dari kerajaan Oenale di Rote. Tarian ini termasuk tarian sacral dalam menyambut kaum pria yang kembali dari medan perang.
Pria dan wanita bersama-sama menunjukan kegembiraannya dengan menari secara ekspresif.


TARI LEDO HAWU Asal tarian : Kabupaten Kupang/ Sabu

Tarian ini biasa dibawakan pada saat upacara kematian kepala adat, dengan maksud mengusir setan ditengah jalan, agar perjalanan arwah kehadapan pencipta tidak dihalangi.
Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn sebagai penyapu ranjau.


TARI LEKE Asal tarian : Kabupaten Sikka

Tari ini mengambarkan pesta para masyarakat etnis Sikka Krowe sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan.
Biasanya ditarikan pada waktu malam hari yang diiringi musik gong waning dengan lantunan syair-syair adat.


TARI POTO WOLO Asal tarian : Kabupaten Ende

Fungsi tari ini biasa digunakan untuk menjemput para tamu agung, atau seorang kepala suku yang diangkat secara adat. Poto artinya mengangkat atau menjunjung kebesarannya; Wolo artinya gunung atau bukit.


WASA WOJORANA Asal tarian : Kabupaten Manggarai

Tarian ini biasanya dilaksanakan pada upacara adat menjelang padi lading menguning.
Wasa Wojarana menggambarkan luapan rasa gembira , dengan meilhat bulir-bulir padi lading yang menjanjikan dan sebagi ungkapan terimakasih kepada pencipta dan sekaligus memohon agar panen tidak gagal akibat bencana alam dan ancaman hama.
Tarian ini ditampilkan ditampilkan dengan irama pelan dan cepat .


TARI TOGADU Asal tarian : Kabupaten Ngada

Todagu menggambarkan keperkasaan pemuda Nage Keo dalam berperang dan membangkitkan senmangat patriotisme.
Tarian ini diiringi oleh bambu dan tambur.


TARI KANDINGANGU Asal tarian : Kabupaten Sumba Timur

Pada zaman dahulu Kandingangu ditarikan pada upacara adata tradisional untuk memohon kehadiran pencipta alam semesta (dewa-dewi). Namun masa kini tari ini biasa dipentaskan saat menyambut tamu agung atau dalam acara ramah tamah.


TARI YAPPA IYA Asal tarian : Kabupaten Sumba Barat
Tari ini menggambarkan kegiatan masyarakat Mbarambanja dalam kegiaatanya menangkap ikan.


TARI HEDUNG BUHU LELU Asal tarian : Kabupaten Lembata
Suatu kegiatan kekerabatan penghalusan kapas yang telah dipisahkan dari bijinya. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh perempuan, baik itu ibu-ibu maupun gadis-gadis dan aktivitas ini merupakan suatu kerajinan rumah tangga.


III.Kerajinan Tangan Nussa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur memiliki begitu banyak macam kerajinan tangan mulai dari patung kayu, perhiasan perak, sarong ikat, sampai tenunan kotak dari bambu dan tulang.
 Moko dari Alor
Moko adalah kerajinan tangan dari bahan perunggu yang menggambarkan keunikan cara perdagangan masyarakat pada masa lalu di pulau Alor.
 Sarong Unik dari Sumba
Sarong ini memiliki keunikan yaitu melukiskan cerita tentang keanekaragaman tradisi kehidupan di pulau ini. Keunikan lain sarong ini yaitu memiliki kemiripan dengan lukisan tembok yang ditemukan dalam Piramida Mesir kuno.
 Gading dari Flores
Di Flores, Gading digunakan untuk acara adat sebagai harga perkawinan, dan perlu diketahui tidak pernah ditemukan atau tercatat pernah hidup gajah di pulau Flores ini.

2.3SISTEM AGAMA DI NUSA TENGGARA TIMUR
Sebelum Indonesia merdeka, Nusa Tenggara Timur telah menjadi wilayah pengembangan Missie Katolik dan Zending Kristen Protestan serta sedikit Islam. Sedangkan agama Hindu hadir sesudah kemerdekaan. Peta dibawah ini menggambarkan persebaran agama Islam pada abad XV – XX serta agama Katolik dan Protestan pada sekitar abad XVI – XX di Nusa Tenggara Timur. Tidak terlepas dari sejarah masuknya agama-agama di Nusa Tenggara Timur, maka pada perkembangan selanjutnya secara spesifik distribusi penyebaran penganut agama di Nusa Tenggara Timur bervariasi di pelbagai pulau, yaitu :

Pulau Timor :
Kabupaten TTU dan Belu dengan mayoritas Katolik
Kabupaten Kupang, Kota Kupang dan Kabupaten TTS dengan mayoritas Kristen/ Protestan

Pulau Sumba :
Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur dengan mayoritas Kristen/ Protestan.

Pulau Alor :
Kabupaten Alor dengan mayoritas Kristen/ Protestan.

Pulau Flores :
Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flotim dan Kabupaten Lembata dengan mayoritas Katolik.






Kondisi Kehidupan Beragama di NTT.

Gereja Kemah Kesaksian Jemaat Oepura
Masjid Mujahidin Penfui

Gereja Khatolik St. Yoseph
Gereja Protestan
Jemaat Kefas


Jumlah Tempat Ibadah
menurut Golongan Agama per Kabupaten
Tahun 2007
Kabupaten Gereja Katholik Gereja Protestan Masjid Pura Wihara
Sumba Barat 173 321 16 1 -
Sumba Timur 78 1.074 36 2 -
Kupang 114 1.639 31 1 -
Timor Tengah Selatan 161 865 32 1 -
Timor Tengah Utara 194 45 6 1 -
Belu 155 63 12 2 -
Alor 25 488 39 1 -
Lembata 136 8 86 1 -
Flores Timur 260 10 117 1 -
Sikka 219 12 50 3 -
Ende 252 9 150 4 -
Ngada 242 17 64 1 -
Manggarai 471 12 73 1 -
Rote Ndao 13 390 10 1 -
Manggarai Barat 104 7 105 1 -
Sumba Barat Daya - - - 1 -
Sumba Tengah - - - 1 -
Nagekeo - - - 1 -
Manggarai Timur - - - - -
Kota Kupang 38 138 50 6 1
Jumlah 2.635 5.098 931 28 1

Persentase Pemeluk Agama
menurut Golongan Agama per Kabupaten
Tahun 2007
Kabupaten ISLAM KRISTEN PROTESTAN KRISTEN KHATOLIK HINDU BUDHA Lain - Lain
Sumba Barat 2,85 57,01 24,18 0,07 0,00 15,87
Sumba Timur 5,60 69,53 8,10 0,23 0,00 16,52
Kupang 3,51 85,42 7,04 0,05 0.01 3,93
TTS 2,53 81,94 15,39 0,04 0,00 0,08
TTU 1,20 6,57 91,94 0,09 0,04 0,14
Belu 1,28 10,27 88,35 0,08 0,00 0,00
Alor 9,32 87,52 3,06 0,08 0,00 0,00
Lembata 27,24 1,5 71,65 0,04 0,00 0,00
Flores Timur 19,90 0,77 79,26 0,04 0,00 0,00
Sikka 8,85 1,30 89,67 0,16 0,00 0,00
Ende 27,18 1,82 70,83 0,14 0,00 0,00
Ngada 8,43 0,94 90,35 0,08 0,00 0,00
Manggarai 7,69 0,44 91,76 0,07 0,00 0,00
Rote Ndao 4,13 93,97 1,82 0,05 0,00 0,00
Manggarai Barat 19,43 0,91 79,50 0,12 0,01 0,00
Sumba Barat Daya - - - - - -
Sumba Tengah - - - - - -
Nagekeo - - - - - -
Manggarai Timur - - - - - -
Kota Kupang 11,47 64,53 22,11 1,86 0,01 0,00
Jumlah 8,51 34,12 54,56 0,20 0,01 2,57





2.4 MATA PENCARIAN PENDUDUK NUSA TENGGARA TIMUR
Sebagian besar wilayah Nusa tenggara Timur tidak memiliki tanah yang subur, miskin sumber alam, dan iklimnya amat kering. NTT merupakan provinsi terkering di Indonesia. Tapi bukan berarti wilayah NTT tidak punya potensi ekonomi yang memadai. Sebagian warga NTT mengolah tanaman perkebunan dan tanaman komersial seperti cabe, kopi, kakao,dan mete yang hasilnya dijual ke pedagang perantara setempat atau dari luar pulau. Selain itu penduduk NT juga banyak yang beternak, terutama sapi dan kerbau, serta kerajinan tenun ikat dan ukiran. Usaha-usaha itu umumnya dilakukan dalam skala kecil dan menengah(UKM). Di Kupang umumnya bergerak di sektor manufaktur, yakni meubel, kerajinan perak, alat musik,tenun ikat, dan batako. Sementara Pulau Ende menjadikan jambu mete, kakao, dan tenun ikat sebagai komoditi primadona.
2.5 ORGANISASI SOSIAL
Hubungan kemasyarakatan di Propinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat kental (kekerabatan dan nilai-nilai kehidupan) sehingga kegotong-royongan merupakan landasan pijak dalam mengembangkan pola kehidupan setiap hari. Disisi lain perlu disampaikan bahwa secara geografis dan topografis, maka NTT terbentang diantara 566 buah pulau dengan jumlah penduduk sebanyak 4.165.568 jiwa dengan kepadatan 78/Km yang terdiri dari laki-laki 2.074.492 dan perempuan 2.091.076. Iklim di Nusa Tenggara Timur ditandai dengan 8 Bulan kemarau dan 4 bulan hujan. Mata Pencarian dari pada masyarakat adalah Pertanian, disamping itu perternakan sebagai kerja sampingan yang dilaksanakan. Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar di seluruh wilayah NTT.
Suku-suku di NTT dan lokasinya:
1. Suku Bangsa Helong
Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Kupang Tangah dan Barat / Serta pulau Semau.

2. Suku Bangsa Dawan
Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Amarasi, Amfoang, Kupang Timur dan Tengah / Kabupaten Timor, Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Belu / bagian perbatasan dengan Kabupaten TTU.

3. Suku Bangsa Tetun
Mendiami sebagian besar Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.

4. Suku Bangsa Kemak
Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.

5. Suku Bangsa Marae.
Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu bagian Utara dekat perbatasan dengan Negara Timor Leste.

6. Suku Bangsa Rote.
Mendiami sebagian besar Pulau Rote dan di sepangjang pantai utara Kabupaten Kupang dan Pulau Semau

7. Suku Bangsa Sabu /Rae Havu
Mendiami Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa pulau Sumba.

8. Suku Bangsa Sumba.
Mendiami Pulau Sumba yang terdiri dari dua kabupaten.

9. Suku Bangsa Manggarai Riung.
Mendiami Pulau Flores bagian Barat, terutama Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat

10. Suku Bangsa Ngada.
Mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada.

11. Suku Bangsa Ende Lio.
Mendiami daerah kabupaten Ende.

12. Suku Bangsa Sikka - Krowe Muhang.
Mendiami daerah kabupaten Sikka.

13. Suku Bangsa Lamaholot.
Mendiami daerah Kabupaten Flores Timur meliputi pulau Adonara, Solor dan sebagian Pulau Sembara.

14. Suku Bangsa Kedang.
Mendiami ujung timur Pulau Lembata.

15. Suku Bangsa Labala.
Mendiami ujung selatan Pulau Lembata.

16. Suku Bangsa Alor Pantar.
Mendiami Pulau Alor dan Pantar.
Selain suku-suku diatas, Nusa Tenggara Timur juga dihuni oleh suku-suku pendatang yaitu orang-orang keturunan Cina, Arab, Bugis, Makasar, Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku lainnya.
2.6 TEKNOLOGI
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
alat-alat produktif
senjata
wadah
alat-alat menyalakan api
makanan
pakaian
tempat berlindung dan perumahan
alat-alat transportasi

2.7 SISTEM PENGETAHUAN
Berikut ini adalah kondisi bidang pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
Pembangunan bidang pendidikan mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini ditandai dengan umumnya layanan pendidikan dasar telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat NTT. Namun demikian, hanya dengan mengandalkan terpenuhinya layanan pendidikan dasar, kualitas dan daya saing sumber daya manusia Nusa Tenggara Timur belum memadai, karena masih tingginya dominasi tenaga kerja yang berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD) yang mencapai 69,59 %. Keadaan ini tentunya tidak dapat menjawab berbagai kebutuhan dan daya saing yang terjadi pada lingkup regional, nasional maupun internasional. Dengan demikian, layanan pendidikan di NTT belum mampu merespon kebutuhan dan tuntutan pasar kerja.

Pembangunan bidang pendidikan memiliki dua indikator utama yakni indikator perkembangan pembangunan pendidikan dan indikator keberhasilan pembangunan pendidikan. Indikator perkembangan pembangunan pendidikan dapat ditunjukkan melalui : akses penduduk usia sekolah terhadap lembaga pendidikan, kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak, tingkat pengeluaran pemerintah untuk anggaran pendidikan serta rasio sarana belajar pendidikan (Rasio Siswa-kelas, Rasio siswa-Guru dan Rasio Guru-kelas). Indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari : Angka Partisipasi Murni, Angka Partisipasi Kasar, Proporsi penduduk Usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, Tingkat Kelulusan Siswa dan angka buta huruf.
a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak usia 2 tahun sampai enam tahun dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. PAUD dibedakan dalam tiga bentuk yaitu formal, non formal dan informal. PAUD formal berbentuk taman kanak-kanak atau bentuk lain. Pada jalur non formal, PAUD berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, atau bentuk lain, dan jalur informal seperti yang dislenggarakan di tempat-tempat ibadah atau perorangan.
Indikator keberhasilan penyelenggaraan PAUD yang diukur melalui indikator Angka Partisipasi Kasar, memperlihatkan peningkatan di mana pada tahun 2003 APK PAUD sebesar 8,75 % meningkat menjadi 18,63 % pada tahun 2007.

APK Pendidikan Anak Usia Dini
No Komponen 2003 2004 2005 2006 2007*)
1. Penduduk Usia 4-6 Tahun 243.966 256.026 265.950 270.017 274.877
2. Jml siswa TK/PAUD 21.334 31.323 37.543 43.765 51.205
3. APK TK (%) 8,75 12,23 14,12 16,21 18,63
Sumber : Dinas P dan K Provinsi 2007


Data tabel di atas memperlihatkan bahwa, jumlah anak usia dini di Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 jumlah anak usia dini (4–6 tahun) 243.966 orang dan pada tahun 2007 jumlah anak usia dini 274.877 orang. Ini berarti dalam kurun waktu lima tahun, terjadi peningkatan rata-rata 3,03 %/tahun. Seiring dengan peningkatan jumlah anak usia dini, terjadi peningkatan pula pada jumlah siswa TK/PAUD rata-rata pertahun 25,06 % dan Angka Partisipasi Kasar rata-rata pertahun 2,47 %.

b. Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Pendidikan dasar sembilan tahun adalah jenjang pendidikan bagi anak usia 7–15 tahun, yang mencakup program pendidikan dasar (SD/MI/Pendidikan sederajat) bagi penduduk usia 7 – 12 dan program pendidikan menengah pertama (SMP/MTs/Pendidikan sederajat) bagi penduduk usia 13 – 15 tahun.

Indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan sembilan tahun, dilihat dari Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar, untuk Tingkat SD Tahun 2007, APM mencapai 90,80 %, APK sebesar 114 %, sedangkan pada tingkat SMP, APM sebesar 52,23 % sedangkan APK sebesar 67,46 %. Ini menunjukkan bahwa, keberhasilan pembangunan bidang pendidikan untuk tingkat pendidikan SD dianggap berhasil sedangkan, pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dinilai masih kurang.


APK, APM Tingkat Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
No Komponen 2003 2004 2005 2006 2007*)
1. APK SD/MI/SDLB 92,18 99,53 107,84 112,28 114,20
2. APM SD/MI/SDLB 69,14 72,26 76,24 79,78 90,80
3. APK SMP/MTs/SMPLB 48,29 49,67 59,39 59,72 67,46
4. APM SMP/MTs/SMPLB 32,02 32,71 39,36 46,24 52,23
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2007
Mengenai tingkat kelulusan siswa, data tahun ajaran 2005/2006 memperlihatkan bahwa, pada tingkat pendidikan SD, dari jumlah peserta sebanyak 70,206 yang lulus sebanyak 66,204 atau 94,30%. Sedangkan untuk tahun ajaran 2007/2008 dari jumlah peserta 90.531 yang lulus sebanyak 89.514 atau 98,88%. Jika dibandingkan antara tahun ajaran 2005/2006 dengan 2007/2008 secara kualitatif dan kuantitaif menunjukan peningkatan yang positif. Keadaan ini menunjukkan bahwa, kemampuan siswa SD dalam menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar cukup memuaskan. Tantangan Pendidikan Dasar di tingkat sekolah menengah pertama adalah trend menurunnya tingkat kelulusan siswa pada 3 (tiga) tahun terakhir terutama pada tahun ajaran 2007/2008 yang tingkat kelulusan hanya 46,36 %. Disisi lain terjadi kecenderungan pertambahan peserta ujian di tingkat SMP yang mencapai pertumbuhan rata-rata 7,83 % per tahun untuk tiga tahun terakhir
Kelulusan Dan Prosentase Kelulusan Tingkat SD/MI
Tahun
pelajaran Jumlah
peserta Jumlah
tidak lulus % tidak
lulus Jumlah
lulus % lulus
2005/2006 70.206 4.002 5.70 66.204 94.30
2006/2007 73.427 3.524 4.80 69.903 95.00
2007/2008 90.531 1.017 1.12 89.514 98.88
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2008


Kelulusan Dan Prosentase Kelulusan Tingkat SMP/MTs

Tahun pelajaran Jumlah peserta Jumlah tidak lulus % tidak lulus Jumlah lulus %lulus
2005/2006 50.421 17.796 36.82 32.625 64.71
2006/2007 55.506 19.451 35.04 36.055 64.96
2007/2008 58.606 31.437 53.64 27.169 46.36
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2008


c. Pendidikan Menengah

Indikator keberhasilan pembangunan pendidikan pada pendidikan sekolah menengah dilihat dari aspek angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK), memperlihatkan adanya peningkatan. Pada tahun 2003, Angka partisipasi murni sebesar 24,97% dan pada tahun 2007 sebesar 34,67%. Sedangkan angka partisipasi kasar, pada tahun 2003 sebesar 40,07% dan pada tahun 2007 sebesar 48,19%. Ini berarti dalam kurun waktu lima tahun terjadi kenaikan 9,7% untuk APM, sedangkan untuk APK terjadi kenaikan sebesar 8,12%.

Apk, apm dan sekolah menengah atas
Komponen 2003 2004 2005 2006 2007*
Pddk usia 16-18 257.655 262.541 267.868 272.690 277.598
APK SMA/MA/SMK 40,07 40,60 40,26 42,66 48,19
APM SMA/MA/SMK 24,97 25,93 25,62 30,69 34,67
Jml siswa (APK) 103.233 106.592 107.843 116.320 133.768
Jml siswa 16-18 (APM) 64.344 68.071 68.616 83.698 96.253
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2007

Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dilihat dari indikator tingkat kelulusan Sekolah Menengah Umum terjadi penurunan. Pada tahun 2005/2006 dengan jumlah peserta 25.593 siswa, yang lulus sebanyak 17.964 siswa atau 70.19% jika dibandingkan dengan tahun pelajaran 2007/2008 dari jumlah peserta 29.688 siswa yang lulus sebanyak 18.629 atau 62.75% dengan standar nilai ujian yakni 5,00%. Secara kuantitas prosentase kelulusan mengalami penurunan, namun secara kualitas terjadi peningkatan mutu pendidikan yang ditandai dengan peningkatan standar nilai kelulusan.

Selanjutnya untuk tingkat pendidikan sekolah menengah kejuruan, pada tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah peserta sebanyak 7.683 siswa yang lulus 5.557 siswa atau 73.21% jika dibandingkan dengan tahun ajaran 2007/2008 dengan jumlah peserta 8.705 siswa, yang lulus sebanyak 7.277 siswa atau 83.60%. dan tingkat pertumbuhan kelulusan antara tahun 2005/2006 sampai tahun 2007/2008 sebesar 28,32 % per tahun

Kelulusan Dan Persentase Kelulusan Tingkat SMA/MA

Tahun Pelajaran Jumlah Peserta Jumlah Tidak Lulus % Tidak Lulus Jumlah Lulus %Lulus
2005/2006 25.593 7.629 29.81 17.964 70.19
2006/2007 28.764 10.908 37.92 17.856 62.08
2007/2008 29.688 11.059 37.25 18.629 62.75
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2008



Kelulusan dan persentase kelulusan smk
Tahun Pelajaran Jumlah Peserta Jumlah Tidak Lulus % Tidak Lulus Jumlah Lulus %Lulus
2005/2006 7.683 2.126 26.79 5.557 73.21
2006/2007 9.099 1.855 20.38 7.244 79.62
2007/2008 8.705 1.428 16.40 7.277 83.60
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2008

d. Pendidikan Tinggi

Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, kecuali Diploma I dan II. Pada tahun 2006, jumlah penduduk yang menamatkan Diploma I dan II sebesar 0,54% meningkat menjadi 0,67% pada tahun 2007. Sedangkan penduduk yang menamatkan Akademi/Diploma III pada tahun 2006 sebesar 0,60% meningkat menjadi 0,88% pada tahun 2007. Begitu pula dengan penduduk yang menamatkan Universitas/Diploma IV sampai Doktoral mengalami peningkatan dari 1,76% pada tahun 2006 menjadi 2,34% pada tahun 2007.


e. Pendidikan Luar Sekolah

Perkembangan indikator Pendidikan Luar Sekolah dapat ditunjukan melalui Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis Tahun 2005 adalah sebesar 86,68%, meningkat menjadi 88,53 % pada tahun 2007. Sedangkan penduduk 10 Tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis sebesar 13,32 % pada tahun 2005 menurun menjadi 11,47 % pada tahun 2007. Keadaan ini memperlihatkan adanya penurunan angka buta huruf sebesar 1,85%. Proporsi penduduk perempuan yang tidak dapat membaca dan menulis pada tahun 2007 adalah sebesar 13,33 % lebih tinggi dari laki-laki yang sebesar 9,53%. Pendidikan luar sekolah juga melaksanakan program kecakapan hidup dan kesetaraan dalam rangka memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak putus sekolah (drop out) melalui pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, B setara SMP dan C setara SMA.


Banyaknya penduduk berdasarkan kemampuan membaca dan jenis kelamin tahun 2007.
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
Dapat membaca dan menulis Buta
Huruf Dapat membaca dan menulis Buta huruf Dapat membaca dan menulis Buta huruf
2005 88,79 11,21 84,61 15,39 86,68 13,32
2006 90,10 9,90 85,90 14,10 87,76 12,04
2007 90,47 9,53 86,67 13,33 88,53 11,47
Sumber : NTT Dalam Angka 2007/2008

DATA STATISTIK
PENDIDIKAN DI NUSA TENGGARA TIMUR
Tabel 5.1.1
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan yang ditamatkan tahun 2007.
No Pendidikan
Tertinggi Laki Perempuan Total
1 Tdk/ blm pernah sekolah/ tidak tamat SD 40,87 40,60 40,73
2 Sekolah Dasar (SD) 30,15 33,98 32,11
3 SLTP Sederajat 11,48 11,14 11,30
4 SMU Sederajat 9,15 8,40 8,77
5 Diploma I/II 3,75 2,69 3,21
6 Diploma III 0,60 0,33 0,67
7 Diploma IV/Universitas 1,03 0,73 0,88
8 S2/S3 0,22 1,66 2,20
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : SUSENAS 2007

Tabel 5.1.7
Banyaknya Sekolah, Guru, dan Murid menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007
No Tingkat
Pendidikan Sekolah Guru Murid Rata2 guru per sekolah Rata2 Murid per sekolah
1 Sekolah Dasar 4.326 35.376 713.834 8 165
2 SMTP/MTs 782 11.570 187.947 15 240
3 SMTA umum/MA 244 5.784 92.384 24 379
4 SMTA Kejuruan 120 3.193 32.965 27 275
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. NTT
.
Tabel 5.1.8
Banyaknya sekolah, guru, dan murid sekolah dasar negri dan swasta tahun 2007.
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 51 420 12.758 24 244 7.200
2 Sumba Timur 131 1.045 22.384 66 505 11.502
3 Kupang 222 2.463 38.425 66 505 11.502
4 TTS 307 2.800 47.295 113 1.145 16.904
5 TTU 127 1.289 17.923 113 1.499 19.428
6 Belu 190 2.255 33.723 142 1.823 29.477
7 Alor 111 1.158 15.629 85 886 10.318
8 Lembata 97 616 9.899 56 358 5.693
9 Flotim 140 1.367 18.065 120 977 16.727
10 Sikka 155 1.580 23.928 138 1.370 20.899
11 Ende 167 1.456 20.710 156 1.258 19.201
12 Ngada 155 1.106 21.004 128 943 18.253
13 Manggarai 262 2.022 52.901 195 1.727 40.292
14 RoteNdao 106 436 14.099 22 174 1.940
15 Manggarai Barat 105 741 25.134 82 589 14.720
16 Sumba Brt Daya 93 445 25.553 98 4.471 28.520
17 Sumba Tengah 29 252 5.117 31 224 5.609
18 Nagekeo 73 545 9.755 73 564 10.474
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 121 1.793 26.006 - - -
Jumlah 2.642 23.789 440.278 1.708 19.265 288.659
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.9
banyaknya sekolah, guru, dan murid madrasah ibtidaiyah negri dan swasta tahun 2007.
No Kabupaten MI Negeri MI SWASTA
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat - - - 2 11 75
2 Sumba Timur 2 10 479 3 18 336
3 Kupang 1 10 171 2 20 94
4 TTS 1 11 84 4 50 530
5 TTU 1 11 290 - - -
6 Belu - - - 2 24 18
7 Alor 3 53 377 19 58 3.306
8 Lembata 1 8 120 15 124 1.599
9 Flotim 2 21 339 17 169 543
10 Sikka 1 12 166 4 31 470
11 Ende 2 30 313 9 85 812
12 Ngada 1 13 241 3 22 266
13 Manggarai 1 23 448 12 67 983
14 RoteNdao - - - 1 5 70
15 Manggarai Barat - - - 13 93 1.543
16 Sumba Brt Daya - - - - - -
17 Sumba Tengah - - - - - -
18 Nagekeo 1 14 245 - - -
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang - - - 3 15 1.390
Jumlah 16 202 3.028 109 792 12.035
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.10
banyaknya sekolah, guru, dan murid sekolah dasar luar biasa negeri dan swasta tahun 2007.
No Kabupaten SDLB Negeri SDLB Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 1 12 83 - - -
2 Sumba Timur 1 9 44 - - -
3 Kupang - - - - - -
4 TTS 1 9 34 - - -
5 TTU 1 8 34 - - -
6 Belu 1 12 54 - - -
7 Alor 1 11 61 - - -
8 Lembata 1 - - - - -
9 Flotim 1 9 90 - - -
10 Sikka 1 12 50 1 13 30
11 Ende 1 18 69 - - -
12 Ngada 1 3 72 - - -
13 Manggarai 1 12 52 2 26 101
14 RoteNdao 1 2 15 - - -
15 Manggarai Barat - - - - - -
16 Sumba Brt Daya - - - - - -
17 Sumba Tengah - - - - - -
18 Nagekeo - - - - - -
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 1 5 71 2 4 111
Jumlah 13 122 729 5 43 242
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.11
banyaknya sekolah, guru, dan murid sekolah menengah tingkat pertama tahun 2007.
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 13 187 3.716 4 59 1.217
2 Sumba Timur 22 223 7.732 6 53 1.518
3 Kupang 54 893 13.648 17 183 1.690
4 TTS 25 477 7.987 39 555 7.523
5 TTU 40 617 8.356 15 250 3.995
6 Belu 14 368 8.030 28 399 6.736
7 Alor 20 391 6.266 13 134 2.239
8 Lembata 15 301 4.263 30 359 4.708
9 Flotim 14 298 3.979 31 382 4.844
10 Sikka 23 374 3.973 33 482 7.397
11 Ende 27 360 5.811 33 485 5.558
12 Ngada 30 410 5.771 30 302 4.400
13 Manggarai 33 645 11.803 39 567 7.694
14 RoteNdao 21 235 4.621 1 8 85
15 Manggarai Barat 9 164 3.589 11 83 1.966
16 Sumba Brt Daya 18 319 5.712 20 245 4.302
17 Sumba Tengah 6 64 1.389 4 49 700
18 Nagekeo 17 197 2.850 16 157 2.613
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 39 1.059 17.995 - - -
Jumlah 440 7.582 127.491 370 4.752 69.185
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.12
banyaknya sekolah, guru, dan murid tsanawiyah negri tahun 2007
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 1 16 184 - - -
2 Sumba Timur 1 15 166 - - -
3 Kupang - - - 2 46 76
4 TTS - - - 1 11 69
5 TTU 1 2 62 - - -
6 Belu - - - 1 7 97
7 Alor 2 45 574 1 13 113
8 Lembata 1 13 52 3 50 134
9 Flotim 2 34 254 9 111 651
10 Sikka - - - 4 30 326
11 Ende 1 78 434 4 70 414
12 Ngada 1 22 212 3 29 199
13 Manggarai 2 37 564 4 47 121
14 RoteNdao - - - - - -
15 Manggarai Barat - - - 6 50 663
16 Sumba Brt Daya - - - - - -
17 Sumba Tengah - - - - - -
18 Nagekeo 2 23 208 - - -
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 1 14 322 - - -
Jumlah 15 299 3.032 38 464 2.863
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.13
banyaknya sekolah, guru, dan murid sekolah menengah umum tahun 2007
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 1 52 706 4 82 1.310
2 Sumba Timur 6 86 2.970 4 57 2.008
3 Kupang 11 328 4.772 1 190 2.037
4 TTS 7 193 2.533 10 214 3.489
5 TTU 10 280 4.083 2 65 1.159
6 Belu 5 162 3.053 15 350 4.699
7 Alor 5 118 3.419 5 93 2.432
8 Lembata 3 81 850 1 24 386
9 Flotim 5 103 1.426 11 223 2.787
10 Sikka 6 179 2.103 9 226 5.356
11 Ende 5 198 2.759 12 236 4.117
12 Ngada 6 136 2.033 9 176 2.889
13 Manggarai 13 337 3.921 19 391 6.324
14 RoteNdao 7 99 2.405 2 11 189
15 Manggarai Barat 2 79 709 4 85 983
16 Sumba Brt Daya 5 126 1.895 4 100 1.357
17 Sumba Tengah - - - 1 29 457
18 Nagekeo 3 60 735 5 100 1.529
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 22 964 11.722 - - -
Jumlah 125 3.661 52.829 123 2.652 45.037
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.14
banyaknya sekolah, guru, dan murid madrasah aliyah tahun 2007.
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat - - - - - -
2 Sumba Timur - - - - - -
3 Kupang - - - 1 19 40
4 TTS - - - - - -
5 TTU - - - - - -
6 Belu - - - - - -
7 Alor 4 29 884 1 19 101
8 Lembata 4 20 126 1 14 47
9 Flotim - - - 2 59 167
10 Sikka - - - 1 16 127
11 Ende 1 45 537 2 37 118
12 Ngada 2 18 176 1 11 89
13 Manggarai 1 11 90 2 10 164
14 RoteNdao - - - - - -
15 Manggarai Barat - - - 2 36 286
16 Sumba Brt Daya - - - - - -
17 Sumba Tengah - - - - - -
18 Nagekeo 2 23 208 - - -
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 1 13 159 - - -
Jumlah 15 159 2.180 13 221 1.142
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.15
Banyaknya sekolah, guru, murid tahun 2007
No Kabupaten SD Negeri Inpres SD Swasta
Sklh Guru Murid Sklh Guru Murid
1 Sumba Barat 2 104 1.315 - - -
2 Sumba Timur 5 589 1.289 - - -
3 Kupang 2 34 223 3 36 1.188
4 TTS 3 124 1.181 1 36 1.188
5 TTU 3 52 747 2 55 438
6 Belu 3 106 1.259 4 95 828
7 Alor 2 95 1.044 1 21 101
8 Lembata 1 27 89 33 66 666
9 Flotim 1 45 286 3 83 803
10 Sikka 2 87 775 9 217 2.825
11 Ende 3 336 2.086 5 123 875
12 Ngada 2 46 382 2 70 820
13 Manggarai 1 14 129 5 129 2.110
14 RoteNdao 2 36 268 1 7 91
15 Manggarai Barat 2 52 353 1 18 103
16 Sumba Brt Daya 1 35 522 1 44 820
17 Sumba Tengah 1 6 169 - - -
18 Nagekeo 1 40 255 - - -
19 Manggarai Timur - - - - - -
20 Kota Kupang 17 491 5.491 - - -
Jumlah 54 2.319 13.855 71 1000 12.856
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.NTT
.
Tabel 5.1.16
Banyaknya Fakultas, dosen, mahasiswa, dan lulusan tahun 2007
No Universitas/ Akademi Banyaknya
Fakul Jur Prog Mhs
1 Universitas Nusa Cendana Kupang 8 30 44 11.860
2 Universitas Katholik Widya Kupang 7 16 8 3.308
3 Universitas Kristen Artha wacana Kupang 6 10 12 6.336
4 Universitas Flores Ende - - - -
5 Sekolah Tinggi Filsafat Leda Lero Maumere - - - -
6 Universitas Muhamadiyah Kupang 5 11 - 1.139
7 Sekolah Tinggi Ilmu Manejemen Kupang - 1 1 597
8 ST.Keguruan & Ilmu Pendidikan ST Paulus di Ruteng - - - -
9 Sekolah Tinggi Pemb. Masyarakat St.Ursula Ende - - - -
10 Universitas PGRI di Kupang 5 - 12 5.816
11 Institut Pastoral Indonesia Malang di Kefamenanu - - - -
12 Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang - 1 1 784
13 Universitas Nusa Lontar Di Rote Ndao - - - -
14 Univeersitas Timor di Kefamenanu - - - -
15 Akademi Teknik Kupang - 2 2 293
16 STIE Oetmahonis Kupang - 3 3 591
17 Sekolah Tinggi Pastoral Atmareksa Ende - - - -
18 Akademi Pekerjaan Sosial di Kupang - 1 1 79
20 Akademi Perawat MAranatha di Kupang - 1 1 135
21 Akademi Keuangan dan Perbankan Efata Kupang - 1 1 93
22 Semminari St.Mikael Penfui 1 1 1 352
23 Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Mentari Kupang - 1 1 157
24 STIBA cakrawala Nusantara di Kupang - - 1 156
25 STIKOM UYELINDO Kupang - 2 2 1.032
26 Akademi Bahasa Asing Santa Maria Maumere - - - -
27 STIE Kristen Wira Wacana di Waingapu - - - -
28 ABA St. Mary di Ende - - - -
29 STISIP Fajar Timur di Atambua - - - -
30 Politeknik Undana di Kupang 7 7 - 1.281
31 Politeknik Pertanian St. Wihelmus di Boawae - - - -
32 Politeknik Pertanian di Kupang 1 3 7 639
33 Politeknik Kesehatan di Kupang - 6 2 2.002
34 Akademi Koperasi Indonesia Ratu Jelita di Kupang - - 1 106
35 Akademi Pariwisata di Kupang - - 2 -
36 STIE Putra Timor di Kupang 1 1 4 71
37 Akademi Perawat Negeri Kupang - 1 2 419
Jumlah
Sumber : NTT Dalam Angka 2007, BPS

2.8 LAIN-LAIN

a) Populasi
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.448.873 jiwa dimana penduduk laki-laki sebanyak 2.213.608 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.235.265 jiwa (2007). Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan presentase ±89% (mayoritas Katolik), ±9% Muslim, ±0,2 % Hindu atau Buddha dan ±3% untuk lainnya. Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan kristen di Inonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.
Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh di bawah rata-rata Indonesia, yaitu 80,49% tahun 2003/2004 (menurut UNESCO). Kurangnya air bersih, sanitasi, dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian (71 per 1000) lebih besar dari provinsi Indonesia laiinya.

b) Batas wilayah
Utara = Laut Flores
Selatan = Samudera Hindia
Barat = Provinsi Nusa Tenggara Barat
Timor = Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda


c) Macam-macam budaya di NTT

BUDAYA FLORES TIMUR
Flotim merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut Sawu.

Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang digunakan bahasa suku Lamaholot.

Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan dan yang empunya bumi).

Pelapisan social masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen.
Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo.

Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut:

Ola tugu,here happen, lLua watana,
Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,
Geleka lewo gewayan, toran murin laran.

Artinya:

Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.

BUDAYA SIKKA
Sikka berbatasan sebelah utara dengan laut Flores, sebelah selatan dengan Laut Sabu, dan sebelah timur dengan kabupaten Flores Timur, bagian barat dengan kabupaten Ende. Luas wilayah kabupaten Sikka 1731,9 km2.

Ibu kota Sikka ialah Maumere yang terletak menghadap ke pantai utara, laut Flores. Konon nama Sikka berasal dari nama suatu tempat dikawasan Indocina. Sikka dan dari sinilah kemungkinan bermula orang berimigrasi kewilayah nusantara menuju ke timur dan menetap disebuah desa pantai selatan yakni Sikka. Nama ini Kemudian menjadi pemukiman pertama penduduk asli Sikka di kecamatan Lela sekarang. Turunan ini bakal menjadi tuan tanah di wilayah ini.

Pelapisan sosial dari masyarakat Sikka. Lapisan atas disebut sebagai Ine Gete Ama Gahar yang terdiri para raja dan bangsawan. Tanda umum pelapisan itu di zaman dahulu ialah memiliki warisan pemerintahan tradisional kemasyarakatan, di samping pemilikan harta warisa keluarga maupun nenek moyangnya. Lapisan kedua ialah Ata Rinung dengan ciri pelapisan melaksanakan fungsi bantuan terhadap para bangsawan dan melanjutkan semua amanat terhadap masyarakat biasa/orang kebanyakan umumnya yang dikenal sebagai lapisan ketiga yakni Mepu atau Maha.

Secara umum masyarakat kabupaten Sikka terinci atas beberapa nama suku; (1) ata Sikka, (2) ata Krowe, (3) ata Tana ai, desamping itu dikenal juga suku-suku pendatang yaitu: (4) ata Goan, (5) ata Lua, (6) ata Lio, (7) ata Ende, (8) ata Sina, (9) ata Sabu/Rote, (10) ata Bura.

Mata pencaharian masyarakat Sikka umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb: Bulan Wulan Waran - More Duru (Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun, menanam, menyusul di bulan Bleke Gete-Bleke Doi - Kowo (Januari, Pebuari, Maret) masa untuk menyiangi kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan Balu Goit - Balu Epan - Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan menanam palawija /kacang-kacangan. Sedangkan pada akhir kelender kerja pertanian yaitu bulan Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus - September).

BUDAYA ENDE
Batas-batas wilayahnya yang membentang dari pantai utara ke selatan itu adalah dibagian timur dengan kabupaten Sikka, bagian barat dengan kabupaten Ngada, utara dengan laut Flores, selatan dengan laut Sabu. Luas kabupaten Ende 2046,6 km2, iklim daerah ini pada umumnya tropis dengan curah hujan rata-rata 6096 mm/tahun dengan rata rata jumlah hari hujan terbanyak pada bulan November s/d Januari.
Daerah yang paling terbanyak mendapat hujan adalah wilayah tengah seperti kawasan gunung Kalimutu, Detusoko, Welamosa yang berkisar antara 1700 mm s/d 4000 mm/tahun.

Nama Ende sendiri konon ada yang menyebutkannya sebagai Endeh, Nusa Ende, atau dalam literatur kuno menyebut Inde atau Ynde. Ada dugaan yang kuat bahwa nama itu mungkin sekali diberikan sekitar abad ke 14 pada waktu orang-orang maleyu memperdagangkan tenunan besar nan mahal yakni Tjindai sejenis sarung patola dalam pelayaran perdagangan mereka ke Ende.

Ende/Lio sering disebut dalam satu kesatuan nama yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian sikap ego dalam menyebutkan diri sendiri seperti : Jao Ata Ende atau Aku ata Lio dapat menunjukan sebenarnya ada batas-batas yang jelas antara ciri khas kedua sebutan itu.

Meskipun secara administrasi masyarakat yang disebut Ende/Lio bermukim dalam batas yang jelas seperti tersebut di atas tetapi dalam kenyataan wilayah kebudayaan (tereitorial kultur) nampaknya lebih luas Lio dari pada Ende.

Pola pemukiman masyarakat baik di Ende maupun Lio umumnya pada mula dari keluarga batih/inti baba (bapak), ine (mama) dan ana (anak-anak) kemudian diperluas sesudah menikah maka anak laki-laki tetap bermukim di rumah induk ataupun sekitar rumah induk. Rumah sendiri umumnya secara tradisional terbuat dari bambu beratap daun rumbia maupun alang-alang.

Lapisan bangsawan masyarakat Lio disebut Mosalaki ria bewa, lapisan bansawan menengah disebut Mosalaki puu dan Tuke sani untuk masyarakat biasa. Sedangkan masyarakat Ende bangsawan disebut Ata NggaE, turunan raja Ata Nggae Mere, lapisan menegah disebut Ata Hoo dan budak dati Ata Hoo disebut Hoo Tai Manu.

BUDAYA NGADA
Ngada merupakan kabupaten yang terletak diantara kabupaten Ende (di timur) dan Manggarai (di barat). Bajawa ibu kotanya terletak di atas bukit kira-kira 1000 meter di atas permukaan laut. Masyarakat ini dikenal empat kesatuan adat (kelompok etnis) yang memiliki pelbagai tanda-tanda kesatuan yang berbeda.

Kesatuan adat tersebut adalah : (1) Nagekeo, (2) Ngada, (3) Riung, (4) Soa. Masing-masing kesatuan adat mempertahankan ciri kekrabatannya dengan mendukung semacam tanda kesatuan mereka.

Arti keluarga kekrabatan dalam masyarakat Ngada umumnya selain terdekat dalam bentuk keluarga inti Sao maka keluarga yang lebih luas satu simbol dalam pemersatu
(satu Peo, satu Ngadhu, dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu. Contoh setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada kepala suku, terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai sebuah rumah pokok (rumah adat) dengan seorang yang mengepalai bagian pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.

Rumah tradisional disebut juga Sao, bahan rumah terbuat seperti di Ende/Lio (dinding atap, dan lantai /panggungnya). Secara tradisional rumah adat ditandai dengan Weti (ukiran). Ukiran terdiri dari tingkatan-tingkatan misalnya Keka, Sao Keka, Sao Lipi Wisu, Sao Dawu Ngongo, Sao Weti Sagere, Sao Rika Rapo, Sao Lia Roda.

Pelapisan sosial teratas disebut Ata Gae, lapisan menengah disebut Gae Kisa, dan pelapisan terbawah disebut Ata Hoo. Sumber lain menyebutkan pelapisan sosial biasa dibagi atas tiga, Gae (bangsawan), Gae Kisa = kuju, dan golongan rendah (budak). Ada pula yang membagi atas empat strata, Gae (bangsawan pertama), Pati (bangsawan kedua) Baja (bangsawan ketiga), dan Bheku (bangsawan keempat).

Para istri dari setiap pelapisan terutama pelapisan atas dan menengah disebut saja Inegae/Finegae dengan tugas utama menjadi kepala rumah yang memutuskan segala sesuatu di rumah mulai pemasukan dan pengeluaran.

Masyarakat Nagekeo pendukung kebudayaan Paruwitu (kebudayaan berburu), masyarakat Soa pendukung Reba (kebudayaan tahun baru, pesta panen), Pendukung kebudayaan bertani dalam arti yang lebih luas ialah Ngadhu/Peo, terjadi pada sebagian kesatuan adat Nagekeo, Riung, Soa dan Ngada.

BUDAYA MANGGARAI
Manggarai terletak di ujung barat pulau Flores, berbatasan sebelah timur dengan kabupaten Ngada, barat dengan Sealat sapepulau Sumbawa/kabupaten Bima, utara dengan laut Flores dan selatan dengan laut Sabu.

Luas wilayah 7136,14 km2, wilayah ini dapat dikatakan paling subur di NTT. Areal pertanian amat luas dan subur, perkebunan kopi yang membentang disebahagian wilayahnya, curah hujan yang tinggi yaitu dalam setahun mencapai 27,574 mm, sepertiga dari jumlah itu (lebih dari 7000mm) turun pada bulan Januari.
Ibu kota Manggarai terletak kira-kira 1200 meter di atas permukaan laut, di bawa kaki gunung Pocoranaka

Pembentukan keluarga batih terdiri dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak Kilo. Perluasan Cak Kilo membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang Panga dan klen besar Wau.

Beberapa istilah yang dikenal dalam sistim kekrabatan antara lain Wae Tua (turunan dari kakak), Wae Koe (turunan dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina (turunan keluarga saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang (saudara perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak dari bapak), Ende Koe (adik dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema (bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase (adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu (saudara wanita atau istri).

Strata masyarakat Manggarai terdiri atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng (Raja/bangsawan), kelas kedua Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge (rakyat jelata).
Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat kelahirannya.

BUDAYA ROTE


Kabupaten Rote Ndao adalah salah satu pulau paling selatan dalam jajaran kepulauan Nusantara Indonesia. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau Rote antara lain Pulau Ndao,Ndana, Naso, Usu, Manuk, Doo, Helina, Landu.

Konon menurut lagenda seorang Portugis diabad ke 15 mendaratkan perahunya , dan bertanya kepada seorang nelayan setempat apa nama pulau ini, sang nelayan menyebut namanya sendiri, Rote. Sang pelaut Portugis mengira nama pulau itu yang dimaksudkan.

Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau/kabupaten Rote Ndao menurut tradisi tertua adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut mendiami wilayah kestuan adat yang disebut Nusak.
Semua Nusak yang ada dipulau Rote Ndao tersebut kemudian disatukan dalam wilayah kecamatan.

Masyarakat Rote Ndao mengenal suatu lagenda yang menuturkan bahwa awal mula orang Rote datang dari Utara, dari atas, lain do ata, yang konon kini Ceylon. Kedatangan mereka menggunakan perahu lete-lete.

Strata sosial terdapat pada setiap leo. Lapisan paling atas yaitu mane leo (leo mane). Yang menjadi pemimpin suatu klein didampingi leo fetor (wakil raja) yang merupakan jabatan kehormatan untuk keluarga istri mane leo. Fungsi mane leo untuk urusan yang sifatnya spiritual, sedangkan fetor untuk urusan duniawi.

Filosofi kehidupan orang Rote yakni mao tua do lefe bafi yang artinya kehidupan dapat bersumber cukup dari mengiris tuak dan memelihara babi. Dan memang secara tradisonal orang-orang Rote memulai perkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris tuak. Dengan demikian pada mulanya ketika ada sekelompok tanaman lontar yang berada pada suatu kawasan tertentu, maka tempat itu jugalah menjadi pusat pemukiman pertama orang-orang Rote.

Secara tradisional pekerjaan menyadap nira lontar tugas kaum dewasa samapi tua. Tetapi perkerjaan itu hanya sampai diatas pohon, setelah nira sampai ke bawah seluruh pekerjaan dibebankan kepada wanita. Kaum pria bangun pagi hari kira-kira jam 03.30, suatu suasana yang dalam bahasa Rote diungkap sebagai; Fua Fanu Tapa Deik Malelo afe take tuk (bangun hampir siang dan berdiri tegak,sadar dan cepat duduk).
BUDAYA SABU


Sabu atau Sawu merupakan sebuah pulau dalam wilayah Kabupaten Kupang, terletak di keliling lautan Indonesia dan Laut Sawu. Luas wilayah pulau Sabu 460,87 km.

Iklim pulau umumnya ditandai dengan musim kemarau yang panjang yakni bulan Maret sampai dengan bulan November.

Penduduk Sabu terdiri dari kesatuan klen yang disebut sebagai Udu (kelompok patrinial) yang mendiami beberapa lokasi tempat tinggal antara lain de Seba, Menia, LiaE, Mesara, Dimu dan Raijua. Masing-masing Udu sebagi suatu klen atau sub udu yang disebut Karego.

Tentang pola perkampungan orang Sabu tidak bisa terlepas dari pemberian makna pulaunya sendiri atau Rai Hawu. Rai Hawu dibayangkan sebagi suatu makluk hidup yang membujur kepalanya di barat dan ekornya di timur. Maha yang letaknya disebelah barat adalah kepala haba dan LiaE di tengah adalah dada dan perut. Sedangkan Dimu di timur merupakan ekor. Pulau itu juga dibayangkan sebagai perahu, bagian Barat Sawu yaitu Mahara yang berbukit dan berpegunungan, digolongkan sebagai anjungan tanah (duru rai) sedangkan dimu yang lebih datar dan rendah dianggap buritannya ( wui rai).

Orang Sabu mengenal hari-hari dalam satu minggu, misalnya hari Senin Lodo Anni), Selasa (Lodo Due), Rabu ( Lodo Talhu), Kamis (Lodo Appa), Jumat (Lodo Lammi), Sabtu (Lodo Anna), Minggu (Lodo Pidu).Konsep hari ini (Lodo ne), hari yang akan datng (Lodo de), besok (Barri rai). Hari-hari tersebut membentuk satu minggu kemudian 4 atau 5 minggu membentuk satu bulan (waru) dan 12 bulan membentuk satu tahun (tou).

Secara umum orang Sabu mengenal dua musim, kemarau yang disebut Waru Wadu dan musim hujan atau Waru Jelai. Di antara kedua musim itu ada musim peralihannya. Dalam masing-Masing musim ada beberapa upacara yang berhubungan dengan mata pencaharian.

Dalam musim Waru Wadu atau kemarau, dikenal upacara
(1) memanggil nira;
(2) memasak gula lontar;
(3) memberangkatkan perahu lontar.

Sebelum memasuki musim berikutnya/hujan ada upacara peralihan musim terinci atas
(1) memisahkan kedua musim;
(2) menolak kekuatan gaib/bala;

dan pada musim waru jelai atau musim penghujan dapat diadakan tiga upacara:
(1) pembersihan ladang dan minta hujan;
(2) upacara menanam dan
(3) upacara sesudah panen.
.
________________________________________


BUDAYA TIMOR TENGAH SELATAN


Timor Tengah Selatan dikenal dengan penghasil cendana itu mempunayi luas 4333,6 km2
Cuaca umum wilayah TTS 4 bulan basah (Desember-April), 8 kering (April-November). Suhu udara dimusim dingin berkisar 18-21o C.

Pembagian penggunaan tanah wilayah TTS 2.500 ha. Terdiri dari atas persawahan , 44.908 ha. Pengembalaan, 41.374 ha. Lamtoro dan 180.000 ha. Tanah kritis.
Wilayah kabupaten TTS berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengan Utara sebelah utara dan Ambenu (Timor Leste) sebelah selatan dengan laut Indonesia, timur dengan Kabupaten Belu.

Penduduk asli TTS merupakan suku bangsa dawan. Dalam mmasyarakat Dawan umumnya pemukiman mulai dari pola keluarga inti/batih yang terdiri dari bapak, ibu, dan anakyang disebut UME. Ume yang ada bakal membentuk klen kecil yang disebut Pulunes atau Kuanes dan ada klen besar Kanaf.

Ume sebagai keluarga inti tinggal di rumah pemukiman tradisional yaitu Lopo dan Ume. Lopo adalah lambang rumah untuk pria dan Ume untuk perempuan. Umumnya mata pencaharian masyarakat TTS adalah pertanian dan peternakan, seperti menanam jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan dan sedikit pertanian padi. Peternakan sapi, babi, dan kambing.
________________________________________


BUDAYA TIMOR TENGAH UTARA


Timor Tengah Utara (TTU) dengan ibu kota Kefamenanu. Terletak berbatasan dengan Kabupaten Belu dibagian timur, barat dengan TTS, utara dengan Laut Sawu.Luas wilayah mencapai 2.669,7 km2 . Keadaan alam wilayah TTU beriklim tropis dengan musim kemarau Juli-Nopember dan musim penghujan Desember-Maret. Ibu kota Kefamenanu terletak lebih kurang 600 m di atas permukaan laut, dengan jarak 197 km dari Kupang.

PelapisaN social dalam masyarakat TTU terdiri atas tiga bagian yaitu:
(1). Usif (golongan bangsawan/raja)
(2). Amat (pembantu raja)
(3). To (golongan bawah/rakyat)

Raja pada umumnya sebagai pemilik tanah yang menerima upeti dari tanahnya, dan tugas menarik upeti dilakukan oleh Moen Leun Aoin Leun, seterusnya diserahkan kepada Amaf Terlihat satu konsep yang menunjukan bahwa lapisan raja/bangsawan. Tidak langsung berhubungan dengan golongan To, oleh karena Usif memanfaatkan para pembantu Moen danAmaf untuk urusan pemeritahannya.

Mata pencaharian masyarakat TTU adalah bertani, beternak. Pertanian dalam kebudayaan Atoni diartikan sebagai suatu masyarakat Atoni Pan Meto artinya petani lahan kering. Mereka menyebut diri mereka orang yang bekerja di lahan kering dan itu yang harus dikerjakan karena tidak mengenal laut dan pantai. Mereka tidak tahu nama ikan.
.
________________________________________


BUDAYA BELU


Belu merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pulau Timor/Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.Luas Kabupaten Belu 2445,6 km2

Ibu kota kabupaten Belu, Atambua sebuah kota kecil yang terletak 500 meter diatas permuksaan laut. Jarak Kupang dan Atambua lebih kurang 290 km.

Konon nama Atambua berasal dari kata Ata (Hamba), Buan (Suanggi/tukang sihir). Dari legenda diceriterakan adanya hamba yang berani berontak dan melepaskan ikatan tangan (borgol) sehingga tidak terjual lewat pelabuhan Atapupu, dan malahan akhirnya menyingkir saudagarnya. Nama kota ini kembar dengan Atapupu (pelabuhan terletak 24 km arah utara Atambua) dari kata Ata (hamba) Futu (ikat) yang berarti hamba yang diikat siap dijual.

Masyarakat Belu yang terdiri dari beberapa suku bangsa memiliki pelapisan sosialnya sendiri. Sebagai contoh masyarakat Waiwiku dalam wilayah kesatuan suku MaraE. Pemegang kekuasaan berfungsi mengatur pemerintah secara tradisional, pelapisan tertinggi yaitu Ema Nain yang tinggal di Uma Lor atau Uma Manaran, mereka adalah raja. Lapisan berikutnya masih tergolong lapisan bangsawan (di bawah raja) yaitu Ema Dato, kemudian lapisan menengah Ema Fukun sebagai kepala marga. Lapisan terbawah dan hanya membayar upeti dan menjalankan perintah raja, bangsawan maupun lapisan menengah disebut Ema Ata (hamba).Pada masyarakat MaraE lapisan social tertinggi disebut Loro,

Mata pencaharian orang Belu tidak beda dengan masyarakat TTU, dan TTS, yaitu menanam jagung, umbi-umbuan, kacang-kacangan dan sedikit pertanian padi, serta bertenak sapi, babi.